Terpuruknya prestasi bulu tangkis Indonesia ternyata membuat pemain legendaris Rudy Hartono yang biasanya tenang menjadi marah.
"Kalau
mengaku gagal dan mempertanggungjawabkan kegagalan itu, maka mundur
sajalah, ini namanya sikap dan jiwa sportif," ujar juara All England
delapan kali, Rudy Hartono, di Jakarta, Senin (28/5/2012).
"Dulu
sewaktu saya duduk dalam kepengurusan dan tim Piala Thomas gagal, saya
langsung mengundurkan diri, padahal itu hanya gagal juara. Yang sekarang
ini terhenti di perempat final oleh Jepang adalah sesuatu yang sangat
memalukan, ke mana pun kita pergi kita menjadi malu," lanjut Rudy
Hartono.
Rudy Hartono pernah menjadi tim manajer tim Piala Thomas
Indonesia saat perebutan di Kuala lumpur pada 1992. Saat itu Indonesia
gagal di final setelah dikalahkan tuan rumah Malaysia.
Rudy
mengungkapkan keprihatinannya kepada wartawan ketika bersama sejumlah
mantan atlet bulu tangkis membacakan Deklarasi Keprihatinan untuk
disampaikan kepada PB PBSI yang memuat tujuh butir keprihatinan secara
tertulis.
Deklarasi disampaikan terkait dengan hasil Piala
Thomas dan Uber yang hanya mampu mencapai perempat final di Wuhan
baru-baru ini sebagai prestasi terburuk sejarah bulu tangkis Indonesia.
Turut
hadir dalam acara itu di antaranya Liem Swie King, Joko Supriyanto,
Christian Hadinata, Sigit Budiarto, Bambang Supriyanto, Haryanto Arbi,
Richard Mainaky, Ivana Lie, Imelda Wiguna, Retno Kustiah, Elizabeth
Latief, Sarwendah Kusumawardhani, Luluk Hadiyanto, dan beberapa mantan
atlet nasional lainnya.
Dikatakannya, berbagai evaluasi
telah dilakukan, demikian pula kritik dan saran sudah sering disampaikan
oleh para mantan atlet menyusul sejumlah kegagalan di ajang
internasional. Namun, PB PBSI tak pernah menindaklanjutinya dengan
tindakan yang nyata.
"Bulu tangkis adalah milik kita
bersama, bukan milik orang per orang. Untuk mengurusnya harus
menempatkan orang yang tepat pada jabatan yang tepat," ujarnya.
"Kami
siap dipanggil untuk duduk bersama membahas hal ini. Orang-orang yang
harus bertanggung jawab atas prestasi bulu tangkis kita seharusnya
memanggil kami semua," lanjutnya.
Rudy memaparkan, di antara
kesalahan yang telah dilakukan PB PBSI adalah dalam menempatkan
personel-personel kepengurusan yang berkaitan langsung dengan prestasi,
seperti pelatih dan Bidang Pembinaan Prestasi (Binpres).
Menurutnya,
penggunaan pelatih asing seharusnya dibahas dulu dalam rapat pleno dan
tidak sembarangan merekrut dari negara yang tidak jelas asal-usul
prestasinya. "Contohnya, penggunaan pelatih asing itu harus ditunjukkan
dulu argumentasinya dan harus dibahas dalam rapat pleno. Ngapain menggunakan pelatih asing dari Malaysia?" demikian Rudy Hartono.
#Kompas.com
Tidak ada komentar :
Posting Komentar