KOMPAS.com - Melintasi pulau, menyebrangi lautan,
berjam-jam di atas sepeda motor mereka jalani dengan tekad yang kuat.
Pengorbanan, disiplin, dan kerja keras bagian dari proses mereka untuk
lolos audisi.
Lebih dari 1000 atlet pemula bulutangkis berebut
tiket untuk mendapatkan Djarum Beasiswa Bulutangkis yang berlangsung di
GOR PB Djarum. Kudus, Jawa Tengah 6-8 Juli 2012.
Para atlet
pemula yang lolos seleksi akan menjadi penghuni asrama atlet PB Djarum.
Tidak hanya berlatih, mereka akan menjadi skuad PB Djarum dan dikirim ke
berbagai kejuaraan nasional, regional, dan internasional.
Bella
Pratiwi (12) atlet pemula asal Lahat, Sumatera Selatan ini sudah bermain
bulutangkis sejak kelas satu SD. Bella sudah beberapa kali mengikuti
kejuaraan, salah satunya Pusri Open di Palembang.
Bella berangkat
ke Kudus dengan biaya pribadi. Dia berangkat bersama rombongan klubnya
PB Tanjung, Palembang. Dia dikenakan biaya Rp 2.300.00 oleh pelatihnya
untuk ongkos perjalanan dan biaya sehari-hari. Menggunakan mobil dari
Palembang, Bella bersama teman-temannya menempuh jalan darat dua hari
dua malam sampai ke Kudus.
Berbeda dengan Bella, Abrar Karim (15)
asal Pekanbaru, Riau berangkat menggunakan pesawat terbang seorang diri.
Penggemar Hayom Rumbaka ini berangkat ke Kudus dibiayai oleh teman
ayahnya.
"Tujuan saya mengikuti audisi ini supaya dapat menjadi
atlet bulutangkis nasional yang bisa bersaing di ajang internasional,"
ungkap Abrar.
Prestasi yang pernah diraihnya adalah juara dua
kompetisi Bank Riau. ketika ditanya jika dia tidak lolos seleksi ini dia
menjawab, "Enggak akan patah semangat, saya akan tetap berusaha dan
berlatih untuk mengikuti audisi di tempat lain."
Perjuangan berat
dilakukan oleh Imam Sugiono (34). Pria asal Surabaya ini menempuh jalan
darat menggunakan sepeda motor selama 6 jam untuk mengantarkan anaknya
Faiq Alulwan (12) mengikuti audisi.
Berbeda dengan peserta lain
yang menginap di hotel, Imam bersama anaknya menyewa kos-kosan di dekat
GOR PB Djarum. "Paket hemat mas," ujar Imam sambil tersenyum.
Ada
lagi kisah yang cukup mengharukan dari Salmiatun Haerani (11). Gadis
kelahiran Lombok Timur ini pernah tidak naik kelas karena pada saat
ujian sekolah berlangsung dia memilih untuk mengikuti turnamen di Bali.
sekolahnya tidak memberikan dispensasi untuk Salmi mengikuti ujian
susulan.
Dari tiga orang perwakilan dari NTB, Salmi satu-satunya
perempuan yang mengkuti audisi. Dengan biaya pribadi Salmi berangkat ke
Kudus untuk mengikuti audisi.
Juara tiga Sirnas Bali tahun 2011
ini mengungkapkan kekecewaannya terhadap regenerasi atlet bulutangkis
yang ada di NTB, "Kompetisi di NTB sedikit sekali, hanya dua kali dalam
setahun, jadi pengalamannya juga sedikit," ungkap Salmi usai bertanding.
Perjuangan,
pengorbanan, dan kerja keras mereka patut dihargai. Dengan berbekal
tekad dan kemauan yang tinggi mereka menjalani proses audisi dengan
penuh semangat.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar